Kamis, 19 Februari 2015

Saba Toba

.: Danau Toba, Sumatera Utara, Indonesia :.

Danau Toba diklaim sebagai danau vulkanis terluas di dunia. Ikon alam kebanggaan Sumatera Utara ini digadang-gadang bisa masuk dalam daftar Taman Bumi Unesco pada akhir September tahun ini. Saat ini, Indonesia hanya menempatkan satu wakilnya yang sudah diakui dalam daftar Taman Bumi Unesco yaitu Gunung Batur. Untuk itu, demi mendongkrak popularitas Danau Toba, Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat, menyelenggarakan Festival Danau Toba dalam dua tahun terakhir.

Tak terpengaruh pada proses seleksi Taman Bumi yang sedang berlangsung, saya datang ke Toba karena irama masa silam. Saat para teman di bangku sekolah dasar masih bernyanyi seputar lagu Potong Bebek Angsa, Kasih Ibu, dan Lihat Kebunku, saya memilih menyanyi lagu favorit saya yaitu Danau Toba-nya Julius Sitanggang. Lagu tersebutlah yang kembali terngiang di kepala saat saya menjejak tanah batak untuk mengunjugi danau indah nan permai seperti lirik lagunya.

.: Air Terjun Sipiso-Piso :.
Saya datang ke Toba setelah sepagian main di Berastagi. Hawa sejuk udara Berastagi berlanjut saat saya memasuki kawasan Tongging. Pemandangan kawasan Toba sebagaimana ditampilkan dalam kartu pos maupun foto-foto di kalender diambil dari sini.

Kawasan hutan pinus menghampar luas di sepanjang perbukitan yang menghijau, danau luas dengan rumah-rumah adat yang berderet di pinggirnya, hingga air terjun yang mengalir deras menghunjam dari ketinggian. Gambaran seperti ini pernah diungkapkan oleh Andrea Hirata sebagai miniatur yang paling mendekati visualiasi Edensor di Indonesia. Penulis novel Laskar Pelangi tersebut mengatakan bahwa Tongging adalah salah satu kawasan favoritnya untuk menenangkan diri sejenak dari kepenatan ibukota.

Saya melewatkan siang yang terik di Tongging hanya untuk diam sejenak, membiarkan semilir angin menampar lembut kulit muka. Air terjun Sipiso-piso tampak jumawa, memuntahkan aliran airnya dari atas tebing. Melihat alirannya, saya jadi percaya kalau legenda terbentuknya danau ini dimulai di Tongging. Si petani miskin yang malang lupa melanggar janji untuk menyembunyikan identitas isterinya kepada anak yang sedang dimarahinya. Dalam serapahnya, si petani bilang kalau ibunya adalah seekor ikan. Konon, tangisan ibu dan anak inilah yang membuatnya menjadi sebuah danau superlatif ini. Saya melihat air terjun Sipiso-piso serupa tangisan yang tak pernah putus.

Sebenarnya, pantang bagi saya untuk tidak mandi saat mengunjungi suatu air terjun. Tapi, demi melihat ketinggian dan debit air Sipiso-piso yang melimpah ruah, ditambah dengan jalan menurun yang harus ditempuh untuk menuju laguna di bawah, dan waktu kunjungan yang begitu singkat karena harus segera menyeberang ke Samosir, niat untuk mencoba dinginnya aliran air yang konon sakitnya seperti disayat-sayat pisau menjadi urung.

.: Danau Toba, Danau Vulkanik Terluas di Dunia :.

Tinggal menolehkan muka, hamparan danau sebagaimana pernah digunakan sebagai foto dalam mata uang rupiah keluaran tahun 1992 langsung bisa dinikmati. Danau purba yang proses terbentuknya konon sempat mengubah muka bumi dan mempengaruhi musim di seluruh penjuru dunia ini, dilingkupi oleh tujuh kabupaten yaitu Samosir, Karo, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun, Humbang Hasundutan, dan Dairi. Pulau Samosir tampak menyembul di tengah danau sekaligus menampakkan eksistensi sebagai pulau vulkanis terluas di dunia.

Karena harus mengejar kapal agar tidak kesorean, saya segera menuju salah satu dermaga untuk menyeberang ke Samosir. Berusaha menghindari kemacetan dan antrian kapal yang tidak perlu, alih-alih menuju Parapat, saya merapat di dermaga Tigaras. Dermaga ini cukup kecil dibandingkan dengan Parapat. Hanya ada satu kapal yang melayani penyeberangan pergi-pulang jalur Tigaras - Simanindo.

.: Menyeberang ke Samosir via Tigaras :.
Konon kapal yang digunakan di sini merupakan kapal bekas yang digunakan untuk melayani jalur penyeberangan Surabaya - Bangkalan. Kapal 'tua' tersebut kemudian dipotong-potong dan dikirim ke Toba untuk kemudian dirangkai kembali. Kapasitasnya tidak banyak, tapi cukup kokoh untuk melayani kendaraan berat sekalipun.

Meski kondisi pelayarannya jauh dari kesan mengagumkan, yang membuat menarik pelayaran di daerah seperti ini adalah pelayanannya yang sangat fleksibel. Maksudnya, tak pernah ada kejadian di dermaga manapun, saat kapal sudah mengangkat sauh dan berangkat, tiba-tiba ada satu lagi calon penumpang yang baru datang, seperti dikomando, kapal tersebut berhenti sejenak di tengah danau, kemudian jalan mundur dan kembali lagi ke dermaga hanya untuk mengangkut calon penumpang yang baru datang tadi. Saya sampai melongo sekaligus geli melihat kejadian tersebut. Sungguh 'Indonesia' sekali. :D

.: Pengumuman di Kaca Jendela Kapal :.
Tak berhenti sampai di situ, keadaan di atas kapal pun sungguh mengingatkan saya pada keadaan di dalam bus ekonomi jurusan Solo - Surabaya. Bedanya, alih-alih lagu dangdut melayu, yang mengalun adalah lagu tradisional batak yang musiknya rancak dan bisa membuat orang tiba-tiba bergoyang.

Saya membuang pandangan jauh ke tengah danau. Danau Toba ini memang luas hingga kelihatan seperti sebuah selat atau laut. Saat posisi kapal ada di tengah danau, saya kembali teringat pada legenda terbentuknya danau ini. Konon, setelah si istri petani mengucap serapah sembari menangis, wujudnya berubah menjadi ikan kembali dan menjadi penunggu Danau Toba hingga kini. Bulu kuduk saya sedikit bergidik ngeri. Saya jadi teringat pula dengan misteri Nessie si Monster Loch Ness di Skotlandia. Sepertinya setiap tempat memang menyembunyikan misterinya yang 'indah'. Pikiran saya kembali membuncah saat menatap sebuah tulisan di kaca jendela kapal yang membuat setiap yang membacanya tersenyum simpul.

Begitulah memang sebagian kecil komedi khas di daerah. Tak lama kemudian, kapal merapat di Simanindo. Di sini pun dermaganya kecil, tak seperti dermaga Tomok yang lebih populer. Sebuah pasar kaget sepertinya baru akan dibuka sore ini. Pak Anton Sihotang, pemandu saya, mengatakan kalau pasar kaget ini berlangsung setiap pekan. Saya lupa menanyakan setiap hari apa pasar kaget tersebut ada. 

.: Deretan Jabu Bolon dengan Boneka Sigale-gale :.

Samosir yang unik ternyata menyimpang sesuatu yang tak kalah menariknya. Deretan Jabu Bolon berserakan di pinggir jalan. Menara-menara gereja menjulang agung dikawal dengan kubur-kubur batu berukuran besar. Anjing liar dan babi peliharaan sibuk lalu-lalang. Saya tak sabar untuk mampir di salah satu rumah adat dan melongok dalamnya. Representasi Jabu Bolon secara ideal baru saya ketahui dari rumah-rumah adat di Taman Mini Indonesia Indah.

Pak Anton mengantarkan saya ke beberapa tempat. Yang pertama adalah ke Huta Sialagan. Di sini terdapat deretan Jabu Bolon yang masih ditinggali oleh keturunan Sialagan. Terdapat kubur batu ukuran raksasa dan deretan batu-batu tempat tetua adat dahulu bersidang untuk memutuskan suatu permasalahan adat. Konon, kalau ada penduduk yang melanggar adat dan para tetua menjatuhkan hukuman mati, maka jeroan dari tersangka tadi akan dimakan ramai-ramai oleh para tetua. Sungguh bar-bar sekali sepertinya adat di masa itu hingga masuknya ajaran Kristiani ke Tanah Batak.

.: Senja Merona di Pinggir Danau Toba, Hotel Silintong :.
Selepas bergidik ngeri di Sialagan, saya juga menyempatkan diri mengunjungi pasar Tomok sekaligus bertamu ke rumah leluhur bos saya di kompleks pemakaman raja Sidabutar. Di sinilah untuk pertama kalinya saya menyaksikan pertunjukan Sigale-gale, atraksi boneka kayu yang digerakkan oleh roh. Mungkin karena pemandu acara di tempat ini sungguh kreatif mengemasnya hingga saya lupa kalau pertunjukan ini agak sedikit ngeri. Tapi begitu sadar, saya segera melipir menuju Museum Batak diikuti suara sayup-sayup teriakan horas oleh para penari. Di Museum Batak, saya mencoba mengenakan baju adat Batak dan mendengarkan penjelasan 'ngeri' sekali lagi tentang risalah Raja Sidabutar yang tercermin dari metamorfosis bentuk kubur batunya.  

Sore mulai menjelang saat saya meninggalkan Tomok menuju kawasan turis di Tuk-Tuk. Semua penginapan penuh hari itu. Saya mendapatkan satu kamar yang tersisa berkat koneksi Pak Anton di Hotel Silintong. Kamarnya cukup rapi dan nyaman. Saya menyempatkan diri menikmati senja di pinggir Danau Toba. Cahaya kemerahan menyala di sela-sela awan, menguarkan aura senja yang syahdu. Kapal-kapal atraksi wisata sudah tertambat rapi di tepi pantai. Danau pun tampak sepi, diganti dengan semarak lampu yang berkelap-kelip dari desa-desa yang membentengi bibir danau.

.: Sebuah Pulau Kecil di Tengah Danau Toba :.
Keesokan harinya, wajah Danau Toba kembali menyeruak. Cuaca cerah membuat beberapa hal yang tertutupi senja kemarin menjadi kelihatan. Wajah Danau Toba tak melulu mengenai air danau yang jernih dan nyaman direnangi. Tapi, sebagian wilayahnya telah menyublim menjadi tempat budidaya ikan air tawar dan airnya tercemar oleh limbah rumah tangga serta penggunaan bahan kimia.

Hutan-hutan yang menjadi penyangga daerah sekitar Toba juga telah disulap menjadi kebun-kebun sawit yang dibiayai oleh modal kolosal. Banyak Jabu Bolon dijual oleh pemiliknya untuk mencukupi kebutuhan ekonomi mereka. Di sisi yang lain, tak ada inovasi terhadap atraksi wisata yang disuguhkan oleh kawasan Toba dan sekitarnya selain mengunjungi situs yang 'itu-itu' saja dan ulah sebagian oknum yang menaikkan harga akomodasi serta cenderamata khas Batak secara tidak wajar sehingga mengakibatkan turunnya jumlah wisatawan yang berkunjung. Hal ini diperparah dengan efek bom Bali dan tragedi malam Natal di Medan beberapa tahun silam.

Saat akan meninggalkan Samosir, saya jadi ingat bahwa konsep Taman Bumi yang digagas Unesco dan Global Geopark Network merupakan pengelolaan suatu kawasan untuk memikat wisatawan yang bersinergi antara aspek edukasi dan konservasi. Popularitas Toba yang terus menyusut dewasa ini ditambah dengan tergerusnya ekosistem yang melingkupinya seharusnya menjadi alarm bagi bangsa Indonesia khususnya masyarakat Toba dan sekitarnya untuk bangun, menjadi semacam 'polisi adat' untuk kawasan Toba kembali asri seperti sedia kala sehingga pantas diganjar menjadi salah satu anggota prestisius taman bumi. Horas! []

14 komentar:

  1. indah banget yak danau toba ini, ane kebetulan belum pernah kesana gan ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, semoga disegerakan ya tahun ini. Menabung dulu ya, baik biaya maupun cuti. :)

      Hapus
  2. wisatanya benar2 bagus ya, itu ditengah danau toba itu ada penghuninya gak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di tengah Danau Toba itu Pulau Samosir. Ada banyak huta atau kampung di dalamnya. Main-main saja ke sana kalau pas ada liburan. Seru lho :)

      Hapus
  3. Itu kok bisa kapal udah berangkat, trus mundur lagi buat naikin penumpang. Kocak banget, kayak angkot aja :))

    Kabarnya lingkungan di sekitar danau toba sekarang kotor, ya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha bener banget, aku sampai ngakak pas tahu kejadian ini. Kapal udah berangkat, eh tiba-tiba balik lagi. Tapi emang gitu, lingkungan sekitar Toba emang agak menurun kualitasnya, kalau gak boleh dibilang buruk. Sampah, enceng gondok, pendangkalan danau, hutan yang semakin gundul, air gak sejernih dulu, dan macam-macam lagi. Toba emang butuh penanganan serius dari semua pihak, baik pemerintah pusat, daerah, maupun masyarakat. Semua belum terlambat kalau segera ditangani dengan serius :'(

      Hapus
  4. sebagai orang Medan yang lahir di kota, aku selalu menganggap Samosir sebagai kampung kedua. pulau ini adalah pulau favorit, aku pernah bertiga sama nyokap dan abang keliling naik motor di sini, hahaha... (http://ohelterskelter.com/delapan-jam-jelajah-samosir/)

    memang sih tiap tahun ke sini rasanya bukannya meningkat malah menurun kondisinya, hiks sedih. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho, bebeb orang Medan tho? *serius baru tahu*

      Iya nih, kunjungan ke sini semakin menurun, ada banyak sebab sih, tapi yang paling bahaya kalau lingkungannya yang rusak. :'(

      Hapus
  5. enak sekali bacanya. tulisan yang komprehensif.
    Bravo and Horas mas! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih apresiasinya bro Efenerr yang heits bingits :D

      Hapus
  6. Lw ngak sekalian di gerakan roh waktu berkunjung disana. Kayaknya sigale2 demen ama orang macam kamu lho hua hua hua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, gak mau ah, masa aku digerakkan sama kamu sih kaaaak :D :P

      Hapus